Jumat, 15 November 2013

artikel pentingnya menulis untuk mahasiswa



PENTINGNYA MENULIS UNTUK MAHASISWA

                Menulis merupakan kegiatan untuk menuangkan semua yang ada difikirannya dalam bentuk tulisan. Dengan menulis dapat memperbanyak pengetahuan dan pengetahuannya itu sulit hilang dari fikirannya karena menulis merupakan proses untuk mengabadikan semua ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
“Kalau engkau bukan anak raja, dan engkau bukan anak ulama’ besar, maka jadilah penulis” (Syaikh Imam al Ghazali).
Kata-kata al ghazali di atas, sudah cukup mampu memberikan penyegaran bagi diri saya pribadi, mengingat betapa pentingnya kita untuk menulis.
            saya mengajak para pembaca memahami pesan sekaligus motivasi yang disampaikan oleh al-ghazali tersebut, yang memang dengan sengaja saya letakkan di awal dengan maksud untuk mengingatkan saya, sekaligus para pembaca akan pentingnya kita menulis, karena menurut saya di dalam menulis kita akan menemukan banyak hal, seperti yang akan kita rasakan ketika kita sudah melakukannya sendiri.
            Dan oleh karena menulis itu pula, kita akan bisa lebih paham dan mengenal siapa diri ini sebenarnya. karena di dalam kegiatan menulis tersebut, sebenarnya kita telah berusaha mencari tahu akan realitas keberadaan kita di muka bumi ini. Di sisi lain menulis juga salah satu upaya kita di dalam memperkenalkan diri kita kepada publik, atau bahkan kepada dunia, saya fikir sekarang sudah saat nya kita tunjukkan siapa sebenarnya diri ini. Bukankah niatan yang terlintas di dalam hati kita sebelum kita berangkat menuju kampus adalah niat ingin memperbaiki kehidupan ini baik cara berfikir kita yang kolot atau bahkan memperbaiki jalan rizki kita, meskipun akan sangat hina sekali jika niatan yang terakhir harus ada dalam diri pelajar tersebut, akan tetapi bukankah terkadang materi itu kita perlukan keberadaannya, insyaallah dengan menulis sedikit akan mampu menjadi penunjang keseluruhan niat kita, Amin!.
            Sebagai insan akademis, mahasiswa tentu tidak bisa dilepaskan dari lingkungan ilmiah yang berada dalam ruang lingkup dunia keilmuan. Mahasiswa pun dituntut untuk bisa akrab dengan dunia literasi, baik membaca, berdiskusi, maupun menulis. Aktivitas literasi tersebut akan semakin memperkaya wawasan mahasiswa dan menajamkan analisis berpikir sehingga dapat melatih berpikir kritis. Lebih dari itu, ketiga aktivitas literasi tersebut akan semakin  mengokohkan posisi mahasiswa sebagai insan akademis. Hal tersebut tersambung dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan pendidikan, melakukan penelitian dan pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat.
            Menulis memang bukan perkara mudah, tapi juga bukan perkara sulit. Tetapi kemampuan menulis merupakan kewajiban setiap mahasiswa sebagai seorang terpelajar. Tradisi menulis mahasiswa bukan hanya sekedar pada lingkup penulisan makalah atau tugas, tapi juga pada lingkup penyampaian gagasan sebagai upaya pendokumentasian sejarah pribadi. Karena penyampaian gagasan dapat dituangkan dengan sarana menulis yang berdampak kreatif dan inovatif.  Sebagai insan akademis yang kreatif dan inovatif, kegiatan menulis yang dilakukan secara rutin dan terus berlatih sehingga saraf menulisnya dapat lentur. Harusnya hal ini dibarengi dengan membaca, sebab membaca adalah kunci untuk menulis. Membaca bukan hanya sekedar mendapat asupan informasi saja, tapi juga untuk memperoleh ketajaman analisis dan berpikir terhadap suatu masalah dari berbagai sudut pandang. Dan juga dapat mengembangkan kosa kata dalam gaya penulisan  demi berkualitasnya tulisan yang dihasilkan. Dengan begitu, mahasiswa dapat menghasilkan tulisan dengan gaya dan ciri khas yang unik. Seorang mahasiswa juga harus mempersiapkan diri dengan bekal memadai agar tulisan yang dihasilkan merupakan hasil wacana yang menarik sehingga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
            Dengan demikian menulis adalah proses berpikir secara cermat. Menulis pun juga di ibaratkan seperti seni kriya (kerajinan) yang secara terus menerus dilatih sehingga memudahkan bermain dengan kata-kata, makna, bahasa, nilai, dan sudut padang. Dengan bekal yang sudah di asah dan di latih maka seorang insan akademis yang terlatih lambat laun mereka akan menemukan cara menulisnya sendiri.  Memang, tidak semua mahasiswa akan menjadi garda terdepan (avant garde) yang bisa merombak tatanan pandangan masyarakat, termasuk dalam hal bahasa. Namun, setidaknya dia telah mencoba mengabadikan peristiwa agar bisa ditelusuri kembali dan ditemukan jejak-jejaknya oleh generasi selanjutnya, untuk kemudian terus diperbaiki dan disempurnakan.
            Maka dari itu budayakan lah jiwa menulis bagi seorang mahasiswa dimulai dari yang sederhana. Dan akan berlanjut ke tulisan yang lebih panjang dan bermutu, sehingga dapat menurunkan warisan yang berharga berupa gagasan yang brilian dan ilmu yang bermanfaat serta dapat mendokumentasikannya sejarah sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh seorang sastrawan K.H Zainal Arifin Thoha, Alm “Dengan menulis aku ada,dengan menulis aku hidup, dengan menulis aku dibaca…”.
            Namun tak kalah penting juga, saat kita memutuskan untuk menulis, semestinya sudah tercipta satu ruang di relung sanubari kita, satu ruang yang pada dindingnya sudah terdapat satu lukisan “lebih baik brtindak walaupun sedikit, dari pada kita tenggelam dalam angan-angan berbuat banyak” , atau pun kata- kata yang lain yang kita anggap bisa menjadi penggerak terhadap nurani ini untuk selalu melakukan dan melakukan. Juga dengan kekuatan kata yang ada pada dinding-dinding hati kita, di harapkan bisa menjadi motor penggerak keyakinan kita bahwa menjadikan kegiatan menulis sebagai profesi adalah simpulan dari perjalanan panjang yang kita lakukan selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar